Al Qur'an dan Petunjuk Manusia

I.                    PENDAHULUAN
Allah telah berfirman “sesungguhnya al Qur’an memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus“. Para ulama tafsir menafsiri ayat tersebut dengan  jelas bahwa Al Qur’an menjelaskan jalan yang lebih adil dan lebih benar kepada manusia dan membawa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mengetahuinya serta mereka akan mendapat balasan berupa surga dan kenikmatannya[1].
Al Qur’an memberikan petunjuk bagi orang orang yang bertaqwa, dalam Al Qur’an Allah menjelaskan  itulah kitab yang tidak ada keraguan didalamnya, dan memberikan petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. Petunjuk disini mempunyai makna informasi atau perberitahu atas sesuatu yang ingin kita kehendaki atau kita capai, hidayah dalam Al Qur’an tidak bersamaan dengan masa, inilah ketentuan Allah yang maha memberi petunjuk baik pada masa dahulu, sekarang, bahkan masa yang akan datang. Sungguh bahagialah orang orang yang mendapatkan petujuk,
II.                 RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Al Qur’an dan apa pengertian hidayah/petunjuk serta bagaimana kedudukan Al Qur’an serta bagaimana cara-cara mendapatkan petunjuk, dan sipakah orang-orang yang mendapatkan petujuk, lalu apa manfaat petunjuk bagi dirinya.
III.               PEMBAHASAN
A.    Pengertian Al Qur’an dan Hidayah
a.      Pengertian Al Qur’an
Menurut bahasa adalah merupakan masdar yang maknanya qiro’ah yang berarti bacaan Al Qur’an dalam pengertian ini sebagai mana yang telah diutarakan Allah dalam firman-Nya “ sesungguhnya atas tanggungan kamilah aku mengumpulkan Al Qur’an didadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaanya itu[2].
Sesungguhnya Al Qur’an adalah petujuk bagi manusia menuju jalan yang benar, maksudnya, menuntun pada jalan yang lurus disertai pertolongan dan bimbingan untuk melaksanakan hukum-hukum Al Qur’an[3] bagi orang-orang yang bertaqwa disisnya.
Allah menurunkan al Qur’an dengan diberkahi, untuk menujukan kepada makhluq dan menuntun kepada umat manusia kepada cahaya petunjuk, dan kebenaran bagi Nabi dan risalahnya, al Qur’an merupakan hujjah yang lurus[4].
b.      Pengertian Hidayah/Petunjuk
Para ulama memberikan makna hidayah yang berbeda.Syekh Burhanuddin menjelaskan, “ kata Hidayah secara bahasa artinya adalah petunjuk yang halus. Kata tahadiy artinya berjalan dengan santai”
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menjelaskan,” Hidayah artinya adalah bayan (penjelasan) dan dalalah (bimbingan), serta taufik dan ilham.”[5]
Kata hidayah dalam Al Qur’an terkadang merupakan bentuk kata kerja Transitif atau yang membutuhkan objek. Hidayah dengan bentuk seperti itu, hanya bisa dilakukan oleh Allah saja. Seperti dalam firman-Nya,”Dan kami telah menujukkan kepadanya dua jalan,”(Q.s.Al-Balad.:10), yang dimaksud dengan jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan[6].  
Hidayah adalah salah satu faktor mendapat kebahagian dan orang tidak akan bahagia kecuali orang tersebut telah mendapatkan hidayah. Manusia pada umumnya sangat membutuhkan hidayahyang dapat menutun ketika dirinya diliputi kegelapan hawa nafsu, agar dapat menjelaskan batas-batas perbuatan  yang boleh dilakukan. Hidayah itu adalah petunjuk agama dalam lembaran yang tertera dalam kitab suci. Sebab itulah kebenaran atau petunjuk jadi sangat berharga dalam kehidupan manusia dan semua kehidupan menjadi tidak berharga tanpa adanya kenyakinan dan kepercayaan serta petunjuk kebenaran haqiqi[7]
Sayyid Quthb berkata” orang yang ingin mendapat hidayah didalam al Qur’an haruslah datang kepadanya dengan hati yang bersih, sehat, dan sejahtera, dan dengan hati yang tulus murni. Kemudian datang kepadanya dengan hati yang takut dan berhati-hati, khawatir berada dalam kesesatan dan diperdayakan oleh kesesatan yang menuju pada kehancuran. Pada saat itulah waktu terbuka untuknya, rahasia-rahasia dan cahaya Al Qur’an, tercurah semuanya didalam hati yang datang kepadanya dengan takwa. Oleh karena itu jika menginginkan hidayah, hendaknya harus menyadari bahwa petunjuk yang sepurna hanyalah petunjuk Allah dalam Al Qur’an. Sesuai dengan firman-Nya “sesungguhnya petunjuk Allah itu adalah petujuk yang sebenar-benarnya” (Q.s. Al Baqarah 2:120). Petunjuk yang benar adalah islam yang diturunkan Allah kepada para Nabi, bukan yang dibuat-buat orang Yahudi dan Nasrani, yang telah mengacaukan agamanya, lalu mereka menjadi bergolong-golong yang saling mengkafirkan. Mereka melakukan hal itu semata-mata didorong oleh hawa nafsu[8].
B.     Kedudukan Al Qur’an
Al Qur’an adalah petunjuk bagi manusia kepada jalan yang lurus dan menjelaskan jalan yang lebih adil dan lebih benar kepada manusia dan membawa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mengetahuinya serta mereka akan mendapat balasan berupa surga dan kenikmatannya. Dan tidak akan menimbulkan keraguan bagi seseorang yang benar-benar memperhatikannya. Semua isinya adalah benar-benar kalamullah yang mencapai puncak Ratorika (balaghah) dan mustahil bisa ditandingi oleh siapapun. Allah menegaskan kebenaran bahwa Al Qur’an datang dari-Nya dan kebenaran petunjuk-petunjuk-Nya tidak dapat diragukan[9].
Al Qur’an adalah petunjuk dan penuntun jalan yang benar. Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa yang dikehendaki oleh Allah serta mendapatkan pertolongan dan bimbingan-Nya. Al Qur’an diturunkan untuk menjelaskan sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri, dan orang-orang yang tergolong muttaqin, mereka adalah orang-orang yang memiki jiwa yang tinggi, lalu memperoleh hidayah dan persiapan untuk meniram sinar kebenaran dan berusaha mencari keridhaan ilahi. Al Qur’an adalah sebagai cahaya petunjuk bagi orang yang benar-benar dikehendaki oleh Allah Al Qur’an merupakan cahaya yang ditunjuki bagi hamba-hamba-Nya[10].
Kedudukan Al Qur’an ditinjau dari dua sisi, sisi luar dan sisi dalam, dari luar Al Qur’an ditinjau adalah kitab suci yang menjelaskan pada kitab-kitab sebelumnya, dan al Qur’an merupakan kita yang paling sempurna serta mengoreksi kitab-kitab sebelumnya. Dari sisi dalam Al Qur’an adalah sebagai obat ruhani dan petunjuk bagi manusia,. Allah telah berfirman “ hai manusia sesunnguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit didalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang orang yang beriman”. (Q.s. yunus:57). Dari ayat tersebut jelas Al Qur’an memiliki dua fungsi :
1.      Sebagai penawar serta pelajaran dan nasehat yang datang dari Allah.
2.      Sebagai petunjuk dan penuntun kepada jalan yang lurus dan benar serta rahmat bagi orang-orang yang beriman[11]. 

C.     Cara-cara mendapatkan petunjuk
Al Qur’an telah menujukan kita semua untuk senatiasa mencari petujuk didalamnya sesuai dengan apa yang telah di firmankan oleh Allah dalam Al Qur’an. Diantara cara-cara agar kita mendapatkan petunjuk antara lain :
1.      Berdo’a
Berdo’a adalah salah satu cara agar kita mendapatkan petunjuk dari  Allah sesuai dengan firman-Nya” ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan yang engkau ridhai yang engkau anugerahkan nikmat kepada mereka . bukan jalan yang engkau murkai dan bukan pula jalan-jalan orang yang tersesat”.(Q.s. al fatihah 06-07).
2.      Beriman
Barang siapa yang berpegang teguh pada agama allah, berpegang pada Al Qur’an dan petunjuk rasul-Nya maka dialah yang mendapat petunjuk jalan lurus dan kebenaran. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt “ barang siapa yang perpegang pada agama Allah Swt (beriman) maka dialahyang mendapatkan petujuk”. (Q.s. ali imran 101).
3.      Mendengarkan dan Taat
Barang siapa dari keturunanmu yang di bawa syari’at oleh Rasul serta memelihara hukum-hukum akal(objektif) sesudah melakukan penyelidikan atas dalil-dalil (fenomena) yang terbentang luas dalam cakrawala dan dalam diri mereka. Sesungguhnya mereka akan terlepas dari sesatu yang dikhawatirkan akan membahayakan dirinya. Mereka juga akan terlepas dari sesuatu yang merisaukan hati. Allah menegaskan dalam firman-nya “barangsiapa yang mengikuti petunjuk itu, tentu nasibnya tidak dikhawatirkan dan dirisaukan” (Q.s. al Baqarah 38).
4.       Mujahadah
Hal tersebut sesuai dalam al Qur’an[12]  dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Allah Swt merekalah orang-orang yang berada dalam jalan Allah Swt.
D.    Orang – orang yang mendapat petunjuk dan menfaat nya
Al Qur’an memberikan petunjuk kepada jalan yang benar dan menuntun kepada setiap manusia, yaitu agama islam bagi orang-orang yang beriman dan mengetahuinya[13].
Hamba-hamba Allah yang mendapatkan petunjuk jalan yang lurus adalah mereka yang dianugerahi nikmat  Allah[14]. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Para Nabi dan Rasul
Mereka adalah orang-orang yang dilindungi oleh Allah dari godaan setan yang menyesatkan.
2.      Para Siddiqin
Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dengan tidak ragu-ragu, kemudian berjihad dengan harta dan jiwanya dijalan Allah Swt.
3.      Para Syuhada
Mereka adalah orang-orang yang mati syahid karena menegakkan agama Allah Swt.
4.      Para Shalihin
Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada rukun iman dan beramal saleh (menyeruh pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar dan mengerjakan kebaikan).
5.      Para Mukhlisin
Mereka adalah orang-orang yang mentaati segala petunjuk dan printah Allah, bukan hanya taat pada saat ditimpa musibah hendaklah taat kepada Allah dan rsul-Nya dengan sungguh-sungguh, agar tidak tergoda oleh setan dan agar tetap tergolong orang-orang yang memperoleh rahmat dan nikmat Allah Swt..
6.      Para muttaqin
Meraka adalah orang yang beriman kepada yang ghoib muthlaq dan melaksanakan shalat serta menunaikan zakat dan hajji, dengan mengharap ridha Allah.
Mereka Itu semua adalah orang yang mendapatkan petunjuk dari allah yang senantiasa memberikan petunjuk bagi hambanya dan Al Qur’an adalah pedoman bagi kita agar senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah dan tergolong orang-orang yang diatas yang mendapatkan kebahagiaan dari Allah lewat petunjukn-Nya.    
E.     Manfaat bagi manusia
Manfaat petunjuk yang Allah berikan kepada kita semua sangatlah berarti dan harus kita jaga, dan disyukuri karena hidayahnya adalah rahmat yang telah diberikan Allah kepada kita, hal ini seseuai dengan firman Allah “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk keselamatan dirinya sendiri, dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi kerugian dirinya sendiri.” (Q.s. al israa’ 15).
Sesungguhya orang-orang kafir dan menghalangi manusia dari jalan allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi madharat kepada Allah sedikitpun[15]. Allah akan menghapuskan pahala amal-amal mereka. Al Qur’an adalah kitab yang telah dibacakan kepadamu semua. Apabila kamu neriman maka kamu akan mendapat petujuk dan apabila kamu ingkar maka azab Allah sangatlah pedih.
IV.              PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada haqiqatnya adalah semua manusia pantas mendapatkan hidayah, baik muslim maupun non muslim tapi pada kenyataan kehidupan moderen,  mereka enggan memanfaatkan Al Qur’an sebagai petunjuk dan pembinbing mereka, karena petunjuk Allah tidak dibatasi dengan waktu, baik masa dahulu, sekarang bahkan dimasa yang akan dating Al Qur’an tetap menjadi petunjuk bagi mereka.
Al Qur’an adalah penuntun kita kepada jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah, yang telah membimbing kita semua agar selalu mengharapkan petujuk Allah, dan termasuk golongan orang yang diberikan petunjuk sehingga mendapatkan kebahagian yang telah dijanjikan Allah kelakdi akhirat yaitu berupa surga dan kenikmatannya.






DAFTAR PUSTAKA
Al Mahalli Jalaluddin dan As suyuti Jalaludin, Tafsir Jalalain, al Miftah, Surabaya, 1998, Cetakan Pertama.
Shabuni Ali, Shofwah At Tafasir , Maktabah al Asriyyah, Bairut, Libanon,  Jilid. 2, Cetakan Pertama.
Prof. Dr.h, Abdul jalal H.A, Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu, Surabaya, 1998, Cetakan Pertama.
Fauzi Rahman Muhammad, Rahasia dan Makna Huruf Hija’iyyah, Citra Risalah, Yogyakarta, cetakan pertama.
Ghafur Abdul, Terjemah Al Ghuyah Li Thalibil Thariq al Akhlaq, Pustaka Hidayah, Bandung, 2001, Cetakan Pertama.
Al Bantani Nawawi, Tafsir Munir, Darul Fikr, Bairut, Libanon, 1993, jilid. 1, Cetakan Kedua.
Hadhiri Choiruddin, Klasifikasi Kandungan Al Qur’an , Gema Insani, Jakarta, 2005, Cetakan Pertama.
Prof.Dr. H. M. Amin Syukur, M.A. Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, Cetakan Pertama.
Hasbi Muhammad ash Siddiqey, Tafsir Al Qur’an Al Majid An-nuur, PT.Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1999, jilid. 1, Cetakan Pertama.


[1] Ali As Shabuni, Shofwah At Tafasir , Maktabah al Asriyyah, Bairut, Libanon, 1996, cet.1,  jilid.2, hal. 639
[2] Prof. Dr.h, Abdul jalal H.A, Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu, Surabaya, 1998, cet. 1, hal. 4
[3] Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al Qur’an , Gema Insani, Jakarta, cet. 1, 2005, jilid. 1, hal.80
[4] Muhammad Ali as Shabuni, at Tibyan fi Ulumil Qur’an, Darul Kitab Arabiyah, Indonesia, 2001, hal. 8
[5] M.fauzi rahman, Rahasia dan Makna Huruf Hija’iyyah, Citra Risalah, Yogyakarta, cet. 1, hal. 263
[6] Ibid, hal. 264
[7] Bey Arifin, Samudra Al Fatihah, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1998, cet. 1, hal. 249
[8] Muhammad Hasbi ash Siddiqey, Tafsir Al Qur’an Al Majid An-nuur, PT.Pustaka Rizki Putra, Semarang, cet. 1, jilid. 1, hal. 196
[9] Ibid, hal. 32
[10] Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al Qur’an , Gema Insani, Jakarta, cet.1,  2005, jilid. 2, hal. 80s
[11] Prof.Dr. H. M. Amin Syukur, M.A. Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2002, cet. 1, hal. 56
[12] Abu said al hasan bin yasar al bashri berkata” carilah manisnya amal pada tiga perkara yang apabila telah mendapatkannya maka bergenbiralah dan terus menerus dalam mencapai tujuannya, dan apabila kamu belum mendapatkanya ketahuilah pintu hati masih tertutup, membaca al qur’an dan berdzikr serta berdo’a, adalah perjuangan dalam menggapai petunjuk dan kebahagiaan. Lihat, biografi ulama sufi, ampel mulia, Surabaya, 2005, cet. 1, hal. 285
[13] Nawawi Al Bantani, Tafsir Munir, Darul Fikr, Bairut, Libanon, 1993, jilid. 1, hal. 5
[14] Al Qur’an adalah bukan makhluq dia adalah salah satu dari zat-Nya tidak diperbaharui dan tidak diubah juag tidak dikurang serta tidak di tambah dia diturunkan sebagai pedoman bagi manusia yang menuntun kepada jalan yang haqiqi dan jalan yang benar, sebagai pembeda antara haq dan yang bathil dan sebagai sumber cahaya petunjuk bagi orang-orang yang dikehendaki Allah yang maha memberi petunjuk. Lihat, Terjemah Al Ghuyah Li Thalibil Thariq al Akhlaq, Pustaka Hidayah, Bandung, 2001, cet. 1, hal. 28
[15] Jalaluddin Al Mahalli dan  Jalaludin As suyuti, Tafsir Jalalain, al Miftah, Surabaya, hal. 513

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khabar Hadits Mardud

Hadits Munqathi' dan Mu'dhol

Nikah dalam Perspektif Islam